Jumat, 06 Desember 2013

FONOLOGI


A.  Pengertian Fonologi
Fonologi terdiri dari kata fon yang berarti bunyi dan logi yang berarti ilmu. Secara singkat fonologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bunyi (bahasa). Bunyi bahasa adalah bunyi yang dikeluarkan oleh alat ucap manusia. Fonologi dibagi menjadi dua bidang ilmu yaitu fonetik dan fonemik.
1.    Fonetik
        Fonetik mempelajari bunyi bahasa yang tidak membedakan arti atau ilmu yang mempelajari bunyi secara keseluruhan. Fonetik dibagi menjadi tiga.
a.   Fonetik Artikulatoris adalah fonetik yang mempelajari tentang bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat ucap manusia.
b.        Fonetik Akustik adalah fonetik yang mempelajari tentang sifat-sifat bunyi .
c.         Fonetik Auditoris adalah fonetik yang mempelajari tentang bagaimana bunyi diterima oleh alat pendengaran manusia.
2.    Fonemik
        Fonemik mempelajari bunyi bahasa yang membedakan arti atau makna kata. Fonemik digolongkan menjadi dua.
a.       Fonem adalah bunyi bahasa yang mandiri dan memiliki kemampuan untuk membedakan makna.
b.  Alfon merupakan variasi dari sebuah fonem dan tidak memiliki kemampuan untuk membedakan makna.

B.  Klasifikasi Bunyi Bahasa.
1.    Vokal, Konsonan, dan Semivokal
a.         Vokal adalah bunyi yang terjadinya tidak ada hambatan pada alat bicara jadi tidak ada artikulasi.
b.   Konsonan adalah bunyi yang diperoleh dengan menghambat arus udara jadi ada artikulasi.
c.       Semivokal adalah bunyi yang secara praktis termasuk konsonan tapi karena pada waktu diartikulasikan belum membentuk konsonan murni, maka bunyinya bunyi ini disebut semivokal atau semikonsonan.

2.    Nasal dan Oral
a.     Nasal (sengau) yaitu bunyi yang terjadi apabila udara keluar atau disertai keluarnya udara melalui rongga hidung dengan cara menurunkan langit-langit lunak beserta ujung arah tekaknya.
b.        Oral yaitu bunyi yang terjadi ketika langit-langit lunak beserta ujung anak tekaknya naik menutupi rongga hidung sehingga udara hanya keluar melalui rongga mulut.

3.    Bunyi Keras (Fortes) dan Bunyi Lemah (Lenes)
a.      Bunyi bahasa disebut keras bila pada waktu diartikulasikan disertai ketegangan kekuatan arus udara.
b.        Jika tidak disertai ketegangan kekuatan arus udara disebut bunyi lemah.

4.    Bunyi Panjang dan Bunyi Pendek
Didasarkan pada lamanya bunyi ini diucapkan atau lamanya bunyi itu diartikulasikan.

5.    Bunyi Rangkap dan Bunyi Tunggal
a.         Bunyi rangkap (diftong) adalah bunyi yang terdiri dari dua bunyi dan terdapat dalam satu suku kata.
b.        Jika terdapat dalam dua suku kata yang berbeda, bukan bunyi rangkap tetapi bunyi tunggal

6.    Bunyi Nyaring dan Bunyi Tak Nyaring
a.         Pembedaan bunyi ini didasarkan derajat kenyaringan.
b.        Derjat kenyaringan itu sendiri ditentukan oleh luas sempitnya atau besar kecilnya ruang resonansi pada waktu bunyi diucapkan.
c.         Semkin luas ruang resonansinya, saluran bicara yang dipakai pada waktu membentuk bunyi bahasa makin tinggi derajat penyaringannya dan juga sebaliknya

7.    Bunyi dengan Arus Udara Egresif  dan Arus Udara Igresif
a.         Arus udara egresif yaitu pembentukan bunyi yang dilaksanakan dengan arus udara keluar dari paru-paru. Arus udara egresif dibagi menjadi dua.
                                                          i.          Egresif Pulmonik adalah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif (keluar) dengan mekanisme pulmonik (paru-paru).
                                                        ii.          Egresif Glotalik adalah bunyi yang terbentuk dengan arus udara egresif (keluar) dengan mekanisme glotalik (tenggorokan).
b.        Arus udara igresif yaitu pembentukan bunyi yang dilaksanakan dengan  arus udara dalam dari paru-paru . Arus igresif dibagi menjadi dua.
                                                     i.               Igresif Glotalik adalah bunyi yang terbentuk dengan arus udara igresif (masuk) dengan mekanisme glotalik (tenggorokan).
                                                   ii.               Igresif Velarik adalah bunyi yang terbentuk dengan arus udara igresif (masuk) dengan mekanisme velarik (tekak).


C.  Vokal dan Konsonan Bahasa Jawa
1.      Fonem Vokal
Vokal menurut Bloomfied dalam Robins (1992:102) adalah modifikasi bunyi bersuara yang tidak melibatkan hambatan, geseran, atau sentuhan lidah atau bibir. Sementara itu, Jones – juga dalam Robins (1992:102) – mendifinisikan vocal sebagai bunyi bersuara yang dihasilkan dengan udara mengalir secara sinambung melalui faring dan mulut tanpa hambatan dan penyempitan yang menyebabkan terdengarnya geseran. Masih banyak pendapat lain dari tokoh-tokoh yang terkemuka.
Dan disimpulkan bahwa vokal merupakan bunyi bersuara yang dihasilkan oleh udara yang dikeluarkan dari paru-paru melalui mulut tanpa dihambat oleh alat wicara. Ada delapan vokal kardial (Daniel Jone) yaitu /i/, /e/, /ɛ/, /a/, /α/, / /, /o/, dan /u/. namun di dalam vokal jawa (Uhleback) hanya terdiri dari enam vokal saja, yaitu /i/, /e/, /a/, /ə/, /u/, dan /o/. Proses pembentukan vokal mempunyai empat kriteria.

a.        Berdasarkan Tinggi Rendahnya Lidah
Berdasarka proses pembentukan vokal dengan kriteria ini, dibedakan menjadi tiga.
·         Vokal tinggi
Vokal tinggi terjadi jika lidah berada pada posisi atas, contoh: bunyi [i], dan [u].
·         Vokal madya
Vokal madya terjadi jika lidah berada pada posisi tengah, contoh: bunyi [e], [ε], [α], [ə], [ɔ], dan [o].
·         Vokal rendah
Vokal rendah terjadi jika lidah berada pada posisi rendah, contoh: bunyi [a], dan [α].

b.        Berdasarkan Bagian Lidah yang Bergerak
Berdasarkan proses pembentukan vokal dengan kriteria ini, dibedakan menjadi tiga.
·         Ujung lidah (apiko)
Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [i], [e], [ε], dan [a].
·         Bagian tengah lidah (medio)
Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [α].
·         Pangkal lidah (dorsol)
Bunyi yang dihasilkan adalah bunyi [o], [u], [ɔ], dan [].

c.         Berdasarkan Hubungan Posisional antara Artikulator Pasif dan Artikulator Aktif (Striktur)
Berdasarkan proses pembentukan vokal dengan kriteria ini, dibedakan menjadi empat.
·         Vokal terbuka
Lidah (artikulator aktif) dan langit-langit keras (artikulator pasif) berada pada posisi serendah-redahnya. Contoh: bunyi [a], dan [ɔ].
·         Vokal semi terbuka
Lidah (artikulator aktif) dan langit-langit keras (artikulator pasif) berada pada 1/3  
dari vokal paling rendah. Contoh: bunyi [e], dan [ε]

·         Vokal semi tertutup
Lidah (artikulator aktif) dan langit-langit keras (artikulator pasif) berada pada posisi 2/3 dari vokal paling rendah. contoh: bunyi [o]
·         Vokal tertutup
Lidah (artikulator aktif) dan langit-langit keras (artikulator pasif) berada pada posisi diangkat (dibuka) setinggi-tingginya (selebar-lebarnya). Contoh: bunyi [i], dan [u].

d.        Berdasarkan Bibir pada Waktu Vokal itu Diucapkan
·         Vokal bundar
Bentuk bibir membulat, contoh: bunyi [o], dan [u].
·         Vokal tak bundar
Bentuk bibir melebar, contoh: bunyi [i], [e], [], dan [α]
·         Vokal agak bundar (netral)
Bentuk bibir tidak bulat dan tidak melebar, contoh: bunyi [a], [ɔ]
·         Terbuka
Terdapat celah di antara dua bibir, contoh: bunyi [ε].
·         Tertutup
Tak terdapat celah diantara dua bibir, contoh: bunyi [o], dan [u].

VOKAL BAHASA JAWA

Depan Tak Bundar
Tengah Tak Bundar
Belakang Bundar
Posisi Lidah dan Mulut
Tinggi
Kuat


Lemah
i


I

u


Tertutup


Agak Tertutup



Agak Terbuka

Terbuka
Sedang
Kuat


Lemah
e


ε
ə
o


ɔ
Rendah
Kuat


Lemah




a


2.      Fonem Konsonan
Konsonan merupakan bunyi yang timbul akibat udara yang keluar dari paru-paru melalui rongga mulut atau rongga hidung. Yang terpenting dalam konsonan adalah daerah artikulasi dan cara artikulasi. Daerah artikulasi meliputi velar (langit-lagit lunak), alveolar (gusi), bilabial (dua bibir), dental (gigi), dan labiodentals (bibir bawah dan gigi atas). Sedangkan artikulasi meliputi hambat, friktatif, nasal, getar, lateral (samping/sisi lidah), dan semivokal. Proses pembentukan konsonan mempunyai empat kriteria.

a.        Cara Hambatan atau Artikulasi di Dalam Mulut
Kriteria ini dibedakan menjadi dua
·         Konsonan Hambat
Disebabkan karena bunyi udara dari paru-paru melalui rongga mulut mengalami hambatan, contoh: bunyi /p/, dan /t/
·         Bunyi Eksplosif (letupan)
Disebabkan karena bunyi hambat yang dilepaskan, contoh: bunyi /b/, /d/

b.        Berdasarkan Tempat Hambatan
Kriteria ini dibedakan menjadi dua
·         Bunyi Biabial
Bunyi yang dihasilkan oleh kedua bibir, contoh: bunyi /p/, dan /b/
·         Bunyi Apiko Dental
Bunyi yang dihasilkan karena adanya persenonohan antara apiko (ujung lidah) dengan dental (gigi). Bunyi ini dibedakan lagi menjadi dua
§  Apiko Dental Hambat
Contoh: bunyi /t/
§  Apiko Dentar Eksplosif (letupan)
Contoh: bunyi /d/

c.         Berdasarkan Hubungan Posisional antara Artikulator Pasif dan Artikulator Aktif ( Stiktur)
Kriteria ini dibedakan menjadi dua
·         Bunyi Kuat
Ini dikarenakan udara keluar melalui celah sempit pada mulut sehingga terjadi geseran pada alat ucap.
·         Bunyi Lemah
Ini dikarenakan udara keluar melalui celah lebar pada mulut sehingga tidak terjadi geseran pada alat ucap.

d.        Berdasarkan Bergetar atau Tidaknya Pita Suara
Udara dari paru-paru dihembuskan. Pita suara kita dapat merapat atau merenggang. Maka dibedakanlah menjadi dua
·         Bunyi Bersuara
Ketika pita suara merapat dan didesak oleh udara yang akan keluar maka akan menghasilkan getaran bersuara
·         Bunyi Tak Bersuara
Katika pita suara merenggang dan dapat dilalui oleh udara yang akan keluar dengan mudah maka tidak akan menghasilkan getaran.

3.      Konsonan Homogran
      Konsonan homogran adalah konsonan yang berasal dari satu daerah artikulasi. contohnya adalah bunyi [b]  dan [p]; [f] dan [v]; [d] dan [t]; [j] dan [c].

4.      Fonem Khas Bahasa Jawa
Bahasa jawa memiliki fonem khas berupa:
a.        Bunyi Aspirat
Bunyi aspirat mengikuti semua bunyi hambat bersuara dan tak bersuara.
contohnya: gulu " ghulu ; pacul " phachul
b.        Bunyi Pranasal
Merupakan bunyi nasal yang selalu mendahului suatu kata ketika kata itu diucapkan.
contohnya: Demak " ndh əmaʔ

5.      Klaster (Gugus Konsonan)
      Terjadi jika ada dua konsonan yang berbeda berderet atau berjajar, konsonan itu berada dalam satu kata.
contohnya: [pl] " plintir ; [kl] " klasa ; [kw] " kwali


D.  Perubahan Bunyi
  Perubahan bunyi dapat menyebabkan suatu fonem yang satu menjadi fonem yang lain. Perubahan itu lazim disebut asimilasi bunyi. Pada umumnya asimilasi tidak menyebabkan perubahan makna. Asimilasi yang mengubah fonem yang satu menjadi fonem yang lain disebut Asimilasi Fonemis. Kemudian asimilasi dibagi menjadi dua yaitu asimilasi regresif dan asimilasi progresif.

1.        Asimilasi Regresif
contoh kata yang terbentuk karena asimilasi regresif adalah umpama [umpm] yang berasal dari kata upama [upm]. Munculnya fonem /m/ dipengaruhi oleh adanya bunyi /p/.

2.      Asimilasi Progresif
Perubuhan karena asimilasi progresif nampak pada kata jumlah yang menjadi jumblah ‘jumlah’. Pemunculan bunyi /b/ pada kata jumblah disebabkan oleh pengaruh bunyi /m/.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar